Selasa, 21 September 2010

TENTANG WASH

Latar Belakang
Kerjasama RI-UNICEF 2006-2010
  1. Program WASH kembali menjadi salah satu program dalam kerjasama RI-Unicef tahun 2006-2010 setelah dihentikan pada tahun 1999
  2. Program WASH dimulai kembali di NTT pada tahun 2006 dan NTB pada tahun 2007 melalui pendanaan beberapa donor
  3. Pada akhir tahun 2007, Pemerintah Belanda dan SIDA (Swedia) membantu pendanaan program WASH untuk Indonesia bagian Timur sebesar $ 19 juta -> wilayah program diperluas menjadi 6 provinsi, 25 kabupaten dan 5 kota

    Tujuan dan Sasaran
    1. Memberikan model untuk selanjutnya direplikasi oleh Pemerintah
    2. Memperbaiki perilaku hygiene dan akses terhadap sarana air minum dan sanitasi di perkotaan, perdesaan dan sekolah
      • Komponen Perdesaan - 320.000 penduduk mendapatkan pelayanan akses air minum dan sanitasi hingga tahun 2010
      • Komponen Sekolah - 100.000 murid SD dan 2000 guru di 500 sekolah dasar mendapatkan pelayanan akses air minum dan sanitasi hingga tahun 2010
      • Komponen Perkotaan - 70.000 penduduk kawasan kumuh di 5 kota, mendapatkan pelayanan air minum dan sanitasi hingga tahun 2010
    KOMPONEN PERKOTAAN

    Peningkatan PHBS dan akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman di 500 sekolah
      Keluaran
    • Penerapan panduan dan standar untuk air minum, sanitasi dan kesehatan di sekolah di kabupaten dan kota terpilih
    • Akses air minum yang berkelanjutan bagi murid di 500 sekolah
    • Praktek PHBS di antara 100.000 murid di sekolah dan di rumah
    • Proyek sekolah sebagai pusat informasi untuk mengembangkan PHBS, air minum dan sanitasi untuk masyarakat yang lebih luas
    KOMPONEN PERDESAAN

    Peningkatan PHBS dan akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman di 500 sekolah
      Keluaran
    • Penerapan panduan dan standar untuk air minum, sanitasi dan kesehatan di sekolah di kabupaten dan kota terpilih
    • Akses air minum yang berkelanjutan bagi murid di 500 sekolah
    • Praktek PHBS di antara 100.000 murid di sekolah dan di rumah
    • Proyek sekolah sebagai pusat informasi untuk mengembangkan PHBS, air minum dan sanitasi untuk masyarakat yang lebih luas
    KOMPONEN SEKOLAH

    Peningkatan PHBS dan akses terhadap air minum dan sanitasi yang aman di 500 sekolah
      Keluaran
    • Penerapan panduan dan standar untuk air minum, sanitasi dan kesehatan di sekolah di kabupaten dan kota terpilih
    • Akses air minum yang berkelanjutan bagi murid di 500 sekolah
    • Praktek PHBS di antara 100.000 murid di sekolah dan di rumah
    • Proyek sekolah sebagai pusat informasi untuk mengembangkan PHBS, air minum dan sanitasi untuk masyarakat yang lebih luas
    Strategi Keberlanjutan WES
      
    Sekretariat WES

     
    Alamat Sekretariat WES
    Gedung Wisma Bakri II Lt.5
    Jl. Rasuna Said, Jakarta Selatan
    Telp/Fax. (021) 57942001
    Email : sekretariat@wes-riunicef.org

    Minggu, 19 September 2010

    Profil kabupaten Luwu Utara

    Visi - Misi

    Paradigma baru pembangunan memandang pertumbuhan ekonomi bukan merupakan satu-satunya tujuan, akan tetapi lebih merupakan proses untuk mencapai tujuan pembangunan daerah itu sendiri secara maksimal dengan memperhatikan potensi daerah secara obyektif serta visi kabupaten.  Visi yang dicita-citakan kedepan akan bertumpu pada upaya meletakkan landasan pembangunan yaitu :
       V i s i  :

    Mewujudkan masyarakat luwu utara yang religius, maju, sejahtera dan mandiri diatas landasan agribisnis dan ekonomi kerakyatan

       M i s i  :

    1. Meningkatkan Pelaksanaan Fungsi-fungsi Pemerintah

    a.  Meningkatkan fungsi dan peran kelembagaan daerah serta tata
         organisasi Pemerintah Daerah dalam  penyelenggaraan
         pembangunan secara mandiri.
    b.  Mewujudkan kemitraan pembangunan, dengan merajut jalinan
         kerjasama antara Pemerintah Daerah dengan  Pemerintah Pusat,
         Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Pemerintah Kabupaten/
         Kota se Provinsi dan dengan  Provinsi lainnya; antara Pemerintah
         Daerah dengan masyarakat, swasta/pengusaha/pebisnis,
         dan LSM dalam  lingkup wilayah Kabupaten Luwu Utara secara
         luas dalam upaya menumbuhkan perekonomian, pemerataan
         kutub-kutub ekonomi wilayah dan pertumbuhan wilayah
         secara umum.
    c.  Meningkatkan kemandirian keuangan dan pembiayaan
         pembangunan khususnya dalam meraih PAD.
    d.  Mewujudkan pemerintah yang bersih dan baik, sehingga
         kepercayaan masyarakat akan semakin meningkat pula.
    e.  Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
    f.  Mewujudkan stabilitas kehidupan sosial politik dan sosial budaya
         yang dinamis dalam mendorong partisipasi
         aktif/peran serta masyarakat dalam kehidupan demokrasi.
    g.  Merealisasikan fungsi komunikasi yang cepat dan optimal dalam
         pembangunan sebagai akses responsif terhadap  masyarakat
         melalui penyediaan infrastruktur teknologi informasi yang memadai.

    2.  Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia.

    a.  Meningkatkan kualitas aparatur PEMDA, masyarakat dan swasta/
         pengusaha dalam sektor pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan.
    b.  Memiliki kecerdasan spiritual (“Spiritual Quation”), Kecerdasan
         Intelektual (“Intelectual/Inteligencial Quation”), dan
         Kecerdasan Emosional (“Emotional Quation”) sebagai syarat
         kemampuan kepemimpinan dan managerial/pengaturan menjadi
         andalan pembangunan daerah, baik ditingkat legislatif, eksekutif,
         yudikatif, dan kalangan masyarakat sendiri secara luas.
    c.  Meningkatkan kualitas hidup kepemudaan dan keolahragaan.
    d.  Mengendalikan pertumbuhan penduduk dengan Program Keluarga
         Berencana, pemerataan persebaran penduduk berbasis keberadaan
         Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Buatan yang dapat
         dikembangkan.
    e.  Menumbuhkembangkan kegiatan pelestarian norma dan nilai-nilai
         budaya daerah yang menunjang pelaksanaan pembangunan
         daerah.

    3. Meningkatkan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.

    a. Mengembangkan Sistem AGRIBISNIS dengan melakukan kerjasama
        dalam permodalan dan pemasaran serta membangun keunggulan
        pewilayahan komoditas pertanian, perkebunan dan perhutanan.
    b. Mengembangkan produksi dan pemasaran komoditas perikanan
        laut maupun perikanan darat.
    c. Meningkatkan eksplorasi dan eksploitasi Sumber Daya Mineral dan
        Sumber Daya Energi dan bahan galian lainnya.
    d. Meningkatkan pemantauan/pengendalian pengelolaan lingkungan
        hidup.
    e. Meningkatkan Sumber Daya Alam yang terkait dengan potensi objek-
        objek dan daerah tujuan wisata, khususnya wisata alam.
    f.  Meningkatkan kuantitas dan kualitas perencanaan dibidang
         perkebunan.
    g. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pemanfaatan Sumber Daya
        Hutan, khususnya hasil hutan nirkayu secara optimal dan
        berwawasan lingkungan.
    h. Membina kelembagaan Pemerintah dan Masyarakat dalam
        pergerakan hukum pengelolaan Sumber Daya Alam dan
        Pelestarian Lingkungan Hidup.
    i.  Mengembangkan sistem pengelolaan, penanggulangan dan
        mitigasi bencana alam.
    j.  Meningkatkan manajemen lahan kritis diareal kawasan hutan
        dan perkebunan.
    4. Meningkatkan Penerimaan/Pendapatan Asli Daerah (PAD)

    a. Mengembangkan kerjasama tripartit kemitraan seperti telah
        diuraikan sebelumnya antara Pemerintah – Businessman/
        pengusaha – LSM  dalam membangun Sistem Investasi.
    b. Meningkatkan produktivitas dari kegiatan ON FARM – OFF FARM,
        distribusi dan pemasaran dari komoditas unggulan yang dimiliki.
    c. Mengembangkan industri kerajinan dan produk unggulan daerah.
    d. Meningkatkan promosi dan laju investasi dengan mengutamakan
        keunggulan komparatif dan kompetitif daerah.
    e. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas dan kuantitas tenaga
        kerja yang trampil yang siap memasuki bursa lapangan kerja.
    f.  Meningkatkan intensifikasi, ekstensifikasi, eksploitasi dan
        rehabilitasi kegiatan ekonomi.
    g. Meningkatkan kualitas dan kuantitas perencanaan dan pembangunan
        infrastruktur perhubungan yang memudahkan mobilisasi barang dan
        jasa yang bernilai secara ekonomi.
    h. Meningkatkan promosi dan investasi dibidang kepariwisataan.
    i.  Mendekatkan antara produk bahan baku dengan industri
        pengolahan, sehingga dapat terjadi penyerapan tenaga kerja
        dan timbulnya  peluang usaha baru dipedesaan.
    j.  Meningkatkan kemudahan pelayanan perizinan bagi INVESTASI.
    k. Mengembangkan pajak dan retribusi daerah.
    l.  Mendirikan Badan Usaha Milik Daerah.
    IklimCetakE-mail

    Iklim dan Curah HujanSecara umum Kabupaten Luwu Utara beiklim tropis basah,  terbagi atas 2 musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
    Intensitas curah hujan Kota Masamba termasuk tinggi, hal ini berdasarkan data curah hujan yang dicatat di Sta. Baliase dan Sta. Sukamaju dengan curah hujan berkisar antara 2000 – 4000 mm pertahun.  Suhu udara rata-rata berkisar antara 30,6oC-31,6oC pada musim kemarau dan antara 25oC-28oC pada musim penghujan.
    Berdasarkan tipe iklim oldeman, wilayah Kabupaten Luwu Utara umumnya memiliki tipe iklim  B1 dan B2, dengan perincian sebagai berikut :
    Tabel 2
    Sebaran Iklim dan Curah hujan Kabupaten Luwu Utara

    No
    KecamatanTipe IklimCurah Hujan mm / TahunKeterangan (Bulan)
    1SabbangB13000 – 3500Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    2BaebuntaB13000 – 3500Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    3MasambaB12500 – 3000Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    4MappedecengB2500 – 3000Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    5SekoB12000 – 2500Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    6LimbongB1-B22000 – 2500Kering 2–4 Bln, Basah 7-9 Bln
    7RampiB12500 – 3000Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    8MalangkeB13000 – 3500Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    9Malangke BaratB13000 – 3500Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    10SukamajuB13000 – 3500Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    11Bone-BoneB13000 – 3500Kering 2 Bln, Basah 7 – 9 Bln
    Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2002 
    Geografis



    Posisis geografis, Topografi, Geologi, Hidrologi dan Jenis Tanah

    Posisi Geografi

    Masamba sebagai Ibukota Kabupaten berjarak 430 Km kearah utara dari Kota Makassar. Letak Geografis Luwu Utara yaitu 2o30’45”–2o37’30”LS dan 119o41’15”–121o43’11”. Secara geografis berbataskan, Provinsi Sulawesi Tengah di bagian utara, sebelah timur Kabupaten Luwu Timur, selatan dengan Kabupaten Luwu  dan Teluk Bone serta sebelah barat Kabupaten Mamuju dan Tator, sehingga Kabupaten Luwu Utara merupakan simpul dari Propinsi Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan.

    Topografi
    Berdasarkan kondisi topografinya Kabupaten Luwu Utara terbagi dalam beberapa morfologi bentuk lahan.  Kondisi ini dapat dijelaskan melalui persebaran kelas lereng Kabupaten Luwu Utara.  Secara keseluruhan persebaran kelas lereng Kabupaten Luwu Utara dapat dilihat pada tabel 3 di halaman berikut :

    Tabel 3
    Kelas Lereng dan Ketinggan tiap Kecamatan di Kab. Luwu Utara
    No
    KecamatanKelas Lereng (%)Ketinggian (dpl)Keterangan Fisik Lahan
    1Sabbang8 – 1525 – 100Bergelombang
    2Baebunta8 – 1525 – 100Bergelombang
    3Masamba3 – 1525 – 100Landai & Bergelombang
    4Mappedeceng3 – 1525 – 100Landai & Bergelombang
    5Seko15 – 30> 1000Berbukit
    6Limbong15 – 30500 – 1000Berbukit
    7Rampi> 30> 1000Curam
    8Malangke0 – 80 – 100Landai
    9Malangke Barat0 – 80 – 100Landai
    10Sukamaju0 – 1525 – 100Landai & Bergelombang
    11Bone-Bone0 – 80 – 100Landai
    Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2002 


    GeologiKondisi geologi Kabupaten Luwu Utara dapat ditelusuri dari batuannya. Secara spasial kondisi geologi dapat dilihat stratigrafi batuan yang ada di Kabupaten Luwu Utara seperti tabel berikut :
    Tabel 4
    Wilayah Cakupan Kondisi Geologi
    No
    Jenis BatuanWilayah CakupanKeterangan
    1Alluvium & Coastal DepositBaebunta,Malangke, Mlk. Barat, Bone-Bone, SukamajuLiatmarin, pasir, kerikil & terumbu karang
    2Batuan Endapan DanaRampi, Limbong & sekoPasir, liat dan kerikil
    3Celebes MolasseSukamaju & Bone-BoneKonglomerat, standstone, Claystone & Marl Berkapur
    4Intrusive Rock (Batuan Intrusif)Mappedeceng dan RampiDiorit, porphyry, syenit, trachyte, gabro, adamilit, monzonit, phonolit, dolerit & kentalenit
    5Batuan VulkanikSekoBasaltic spilitic, calc-alkaline, breccia, tuff, lava & pillow lava
    Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2002


    Hidrologi
    Kondisi hidrologi Kabupaten Luwu Utara sangat berkaitan dengan tipe iklim dan kondisi geologi yang ada.  Kondisi hidrologi permukaan ditentukan oleh sungai – sungai yang ada yang umumnya berdebit kecil oleh karena sempitnya daerah aliran sungai sebagai wilayah tadah hujan (catchment area) dan sistem sungainya.  Kondisi tersebut diatas menyebabkan banyaknya aliran sungai yang terbentuk  
    Air tanah bebas (watertable groundwater) dijumpai pada endapan alluvial dan endapan pantai.  Kedalaman air tanah sangat bervariasi tergantung pada keadaan medan dan jenis lapisan batuan.  Ada beberapa sungai utama di wilayah Kabupaten yang berfungsi sebagai catchment area, sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut :
    Tabel 5
    Daftar Sungai dan Daerah Alirannya
    No
    SungaiDaerah AliranPanjang (Km)Daerah Tangkapan (Km)
    < 100 m> 100 mTotal
    1RongkongSabbang, Baebunta,851.245,2423,81.669,0
    2BaebuntaBaebunta, Masamba4896,8281,1377,9
    3MasambaMasamba55102,2203,7305,9
    4BaliaseMasamba, Baliase95826,3172,6998,9
    5LampuawaBone-Bone3456,5115,6172,1
    6KanjiroBone-Bone41111,392,2203,5
    7Bone-BoneBone-Bone2064,157,6121,7
    8BungadidiBone-Bone2080,929,0109,9
                 Sumber : Map of South Sulawesi, 1981 (United Kingdom & Departement of General worker Indonesia)

    Sistem aliran hidrologi di Kabupaten Luwu Utara menunjukkan bahwa pergerakan air, baik air permukaan maupun air tanah, langsung menuju arah laut. Aquifer umumnya terdapat pada lapisan pasir, kerikil dan lapisan tipis batu gamping.
    Salah satu keunggulan dari sistem sungai-sungainya adalah kondisi airnya yang masih jernih dan bening sehingga sangat baik untuk dijadikan tempat rekreasi
    Sumber daya air khususnya air permukaan sangat melimpah di daerah Luwu Utara. Sebagian kecil dari potensi air permukaan telah dimanfaatkan untuk pengembangan irigasi, pembangkit listrik dan budidaya perikanan. Potensi air tanah dangkal terbatas di daerah dataran rendah.
         

    Jenis Tanah Persebaran jenis tanah di Kabupaten Luwu Utara dipengaruhi oleh jenis batuan, iklim dan geomorfologi lokal, sehingga perkembangannya ditentukan oleh tingkat pelapukan batuan kawasan tersebut.  Kualitas tanah mempunyai pengaruh besar terhadap intensitas penggunaan lahannya.  Tanah-tanah yang sudah berkembang horisonnya akan semakin intensif pemanfaatannya terutama untuk kegiatan pertanian dan perkebunan.  Kualitas tanah dan penyebarannya ini akan sangat berpengaruh dalam pengembangan wilayah ini, hal mana terkait dengan prinsip pemanfaatan lahan yang berdasarkan kesesuaian daya tampung dan daya dukung lahannya.


    Tabel 6
    Jenis – jenis  tanah yang ada di Kabupaten Luwu Utara
    No
    Jenis TanahWilayah CakupanKeterangan
    1InceptisolMalangke, Malangke Barat, Bone-Bone, SukamajuLiat marin
    2UltisolLimbong & sekoLiat, reaksi masam
    3EntisolMalangke, Malangke Barat  & Bone-BoneJenuh air
    Sumber : BPS Kabupaten Luwu Utara, 2002 
    Peta WilayahCetakE-mail
    Peta Luwu Utara
    Makna LambangCetakE-mail
     

    DESKRIPSI MAKNA LAMBANG LUWU UTARA

    1. Bintang Menggambarkan Ketuhanan Yang Maha Esa masyarakat Luwu Utara yang religius
    2. Payung Maejae Simbol Kekuasaan tertinggi raja Luwu yang (payung peroe) melambangkan kemanunggalan (masedi siri) antara pemerintah dan seluruh kornponen masyarakat Luwu Utara dan sekaligus simbol "pengayoman".
    3. Padi dan kapas Simbol kesejahteraan bagi masyarakat Luwu Utara yang cukup sandang dan pangan.
    4. Besi Pakkae Simbol kekuasaan raja Luwu maknanya adalah kesejahteraan egalitarian antara seluruh komponen masyarakat.
    5. Pohon sagu Simboi kerukunan, kekokohan, ketegaran masyarakat Luwu Utara.
    6. Wadah gambar Simbol dasar negara, wadah dalam kehidupan bersudut lima bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
    7. Pita Simbol pengikat persaudaman.
    8. Payung dan besi Menggambarkan masyarakat Luwu Utara yang pakkae bermasyarakat dan berbudaya.
      Sejarah

      SEJARAH SINGKAT TERBENTUKNYA KAB. LUWU UTARA

      Pada tahun 1999, saat awal bergulirnya Reformasi di seluruh wilayah Republik Indonesia, dimana telah dikeluarkannya UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan di Daerah, dan mengubah mekanisme pemerintahan yang mengarah pada Otonomi Daerah.

      Tepatnya pada tanggal 10 Pebruari 1999, oleh DPRD Kabupaten Luwu mengeluarkan Surat Keputusan Nomor 03/Kpts/DPRD/II/1999 tentang Usul dan Persetujuan Pemekaran Wilayah Kabupaten Dati II Luwu yang dibagi menjadi dua Wilayah Kabupaten dan selanjutnya Gubernur KDH Tk.I Sul-Sel menindaklanjuti dengan Surat Keputusan No.136/776/OTODA tanggal 12 Pebruari 1999. Akhirnya pada tanggal 20 April 1999, terbentuklah Kabupaten Luwu Utara ditetapkan dengan UU Republik Indonesia No.13 Tahun1999.

      Pada awal pembentukannya, Kabupaten Luwu Utara dengan batas Saluampak Kec. Sabbang sampai dengan batas Propinsi Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara, terdiri dari 19 Kecamatan, yaitu:

      1. Kec. Sabbang
      2. Kec. Pembantu Baebunta
      3. Kec. Limbong
      4. Kec. Pembantu Seko
      5. Kec. Malangke
      6. Kec. Malangkebarat
      7. Kec. Masamba
      8. Kec. Pembantu Mappedeceng
      9. Kec. Pembantu Rampi
      10. Kec. Sukamaju
      11. Kec. Bone-bone
      12. Kec. Pembantu Burau
      13. Kec. Wotu
      14. Kec. Pembantu Tomoni
      15. Kec. Mangkutana
      16. Kec. Pembantu Angkona
      17. Kec. Malili
      18. Kec. Nuha
      19. Kec. Pembantu Towuti

      Pada tahun 2003, di usianya yang ke-4, Kabupaten Luwu Utara dimekarkan menjadi dua kabupaten yaitu Kabupaten Luwu Timur yang disahkan dengan UU Nomor 7 Tahun 2003 pada tanggal 25 Februari 2003. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 6.944,98 km2, dengan Kecamatan masing-masing:
      1. Angkona
      2. Burau
      3. Malili
      4. Mangkutana
      5. Nuha
      6. Sorowako
      7. Tomoni
      8. Tomoni Utara
      9. Towuti
      10. Wotu

      Dengan demikian, pasca pemekaran tersebut Kabupaten Luwu Utara terdiri dari sebelas kecamatan masing-masing Kecamatan Sabbang, Kecamatan Baebunta, Kecamatan Limbong, Kecamatan Seko, Kecamatan Masamba, Kecamatan Rampi, Kecamatan Malangke, Kecamatan Malangke Barat, Kecamatan Mappedeceng, Kecamatan Sukamaju dan Kecamatan Bone Bone



      Kondisi WilayahKabupaten Luwu utara  yang dibentuk berdasarkan UU No. 19 tahun 1999 dengan ibukota Masamba merupakan pecahan dari Kabupaten Luwu.  Saat pembentukannya daerah ini memiliki luas 14.447,56 Km2 dengan jumlah penduduk 442. 472 Jiwa.  Dengan terbentuknya kabupaten Luwu Timur maka saat ini luas wilayahnya adalah 7.502,58 Km2. Secara administrasi terdiri 11 kecamatan 167  desa dan 4 kelurahan. Penduduknya (2003) berjumlah 250.111 jiwa. (50.022 KK) yang sebagian besar (80,93%) bermata pencaharian sebagai petani, namun kontribusi sektor ini terhadap PDRB Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2003 hanya 33,31% atau sebanyak 4,06 triliun. 
      Tabel 1
      Luas dan Pembagian Daerah Administrasi Kab. Luwu Utara
      KecLuas (Km2)PersentaseJumlah Wilayah PerdesaanJumlah Wilayah Perkotaan
      Sabbang525.087.00200
      Baebunta295.253.94200
      Malangke350.004.67140
      Malangke Barat93.751.25130
      Sukamaju255.483.41250
      Bone-Bone277.333.70200
      Masamba1068.8514.25154
      Mappedeceng275.503.67150
      Rampi1565.6520.8760
      Limbong685.509.1570
      Seko2109.1928.11120
      Kab. Luwu Utara7502.58100.001674


    Sekilas - Air & Kebersihan Lingkungan



    © UNICEF/IDSA/020/Estey
    Seorang anak laki-laki sedang mandi di sebuah mata air di Teluk Dalam, Nias, beberapa hari setelah gempa dahysat meluluhlantakkan pulau itu pada Februari 2005.

    Kondisi kebersihan air dan lingkungan di sebagian besar daerah di Indonesia masih sangat buruk. Situasi ini menyebabkan tingginya kerawanan anak terhadap penyakit yang ditularkan lewat air.  Pada 2004, hanya 50 persen penduduk Indonesia yang mengambil air sejauh lebih dari 10 meter dari tempat pembuangan kotoran. Ukuran ini menjadi standar universal keamanan air. Di Jakarta, misalnya, 84 persen air dari sumur-sumur dangkal ternyata terkontaminasi oleh bakteri faecal coliform.
    Secara praktis masalah kebersihan menjadi tidak kondusif karena masyarakat memang selalu tidak sadar akah hal tersebut. Tempat pembuangan kotoran tidak dipergunakan dan dijaga dengan baik. Akibatnya masalah diare, penyakit kulit, penyakit usus dan penyakit lain yang disebabkan air sering menyerang golongan keluarga ekonomi lemah. Upaya mengembangkan kesehatan anak secara umum pun menjadi terhambat. Fakta ini terjadi khususnya di daerah bekas bencana tsunami di Aceh dan Sumatra Utara.
    Disamping akses air bersih yang buruk, situasi kebersihan air dan lingkungan diperparah oleh kegagalan penyuluhan bagi masyarakat kelas bawah dan mereka yang tinggal di daerah kumuh untuk berperilaku bersih. Bahkan penyediaan air minum yang bersih pun belum secara serius dijadikan prioritas pembangunan di Indonesia terutama di tingkat propinsi.


    UNICEF-Indonesia_121205_Josh Estey
    © UNICEF-Indonesia_121205_Josh Estey

    UNICEF membantu pemerintah Indonesia untuk mengembangkan dan melaksanakan strategi perbaikan kondisi air minum dan kebersihan secara nasional. Bantuan juga diberikan kepada pemerintah Indonesia dalam memperbaiki mekanisme perencanaan, sistem pengawasan dan database yang relevan, UNICEF juga memainkan peranan penting sebagai koordinator bidang kebersihan lingkungan dan air pasca bencana tsunami di Aceh dan Sumatra Utara. Membangun kemitraan kerja dengan mempersatukan segala kemampuan dan sumber daya antar organisasi.
    Bahkan UNICEF beserta pemerintah juga memberi wawasan tentang air yang aman melalui program Pembangunan dan Kelangsungan Hidup Anak. Anak akan belajar mengenai kebersihan air dan sekolah yang bersahabat untuk anak-anak. Tujuannya untuk membantu memperbaiki pasokan air yang aman dan fasilitas kebersihan yang memadai di 30 kabupaten se-Indonesia.
    Disamping itu, UNICEF juga membantu gerakan Suplai Air Bersih dan Kebersihan Dasar di Aceh dan Sumatra Utara. Gerakan ini mencakup rehabilitasi dan konstruksi sumur dangkal, tanki penampungan air hujan dan sistem pipa gravitasi. Pembangunan toilet, fasilitas mandi cuci dan pembuangan sampah di sekolah-sekolah, di pusat kesehatan masyarakat dan di bangunan keagamaan.
    Bersama mitra kerjanya, UNICEF juga menyediakan air minum beberapa saat sesudah gempa dan gelombang tsunami menghantam Aceh pada 26 Desember 2004. Setidaknya akses air bersih ini mencegah wabah penyakit kolera misalnya. UNICEF bersama WHO melakukan inspeksi pada 22 instalasi pengolahan air di seluruh daerah yang dilanda tsunami. Hasilnya, UNICEF menyediakan pompa air untuk instalasi pengolahan air di Lambaro di Banda Aceh. Pompa ini mampu membersihkan 11 juta galon air per hari.
    Selain itu, UNICEF juga menyediakan fasilitas air bersih dan pendidikan mengenai hidup bersih pada 170 sekolah yang mencakup 25.500 siswa di daerah timur Indonesia, Maluku pada 2004 silam.

    Program WASH kerjasama Pemda Luwu Utara – UNICEF

    Desa Cendana Putih Kecamatan Mappedeceng ditetapkan sebagai Pilot Project dari UNICEF untuk Program WASH dengan Methode Pasir Lambat. Pihak Unicef bekerjasama dengan sebuah rumah produksi dari Inggris membuat film cara pembuatan metode pasir lambat yang Aktornya dari Inggris dan Masyarakat Desa Cendana Putih. Unicef menetapkan Desa Cendana Putih sebagai Pilot Project dikarenakan adanya keunikan potensi dan kearipan local yang dikelola secara tradisional.




    Slow Sand Filter Desa Cendana Putih

    Desa Cendana Putih Adalah salah satu Desa intervensi Program WES yang  berada dalam wilayah Kecamatan Mappedeceng, Kabupaten Luwu Utara dengan Jumlah penduduk 2194 Jiwa.
    Alasan utama Program WES didesa ini adalah Kondisi air bersihnya sangat memprihatinkan dari pemeriksaan kualitas air, kandungan Fe(besi) dan Mg (Mangan) yang jauh diatas ambang batas. Baik dari sumur yang airnya jernih maupun dari yang betul-betul berwarna, berasa dan bau. Di Desa ini dari 328 sumur yang ada, hanya 76 sumur yang airnya jernih.
    Air bersih hanya diperoleh dari sumur gali yang airnya berwarna dan disaring dengan penyaring pasir sederhana , namun hanya dapat bertahan beberapa jam saja air hasil saringan tersebut kembali pada wujud air semula . Dari kondisi kualitas air diatas maka diadakan uji coba treatment yang merupakan pengembangan dari saringan yang ada di masyarakat.
    Uji coba ini dilaksanakan oleh PO-WES UNICEF, Pokja AMPL Kab. Luwu Utara,Fasilitator Program WES , Pemerintah Desa dan masyarakat Desa Cendana Putih. Pada uji coba pertama Kami masih menggunakan ember plastic besar sebagai media saringan, sementara media penyaringnya menggunakan kerikil kasa nyamuk dan pasir saring dimana ini masih bersifat sementara. Adapun langkah-langkah kerja yang Kami lakukan adalah :
    1.      Persiapan
    a.       Menentukan lokasi uji coba
    b.      Menyeapkan material uji coba
    1.      Amber plastic kapasitas 20 liter 8 buah
    2.      Pipa pvc
    3.      Kran air
    4.      Lem
    5.      Mesin pompa
    6.      Kawat kasa nyamuk
    7.      Pasir saring ( pasir putih ) material local
    8.      Kerikil dia 2 cm
    9.      Balok 5/5
    10.  Papan 3 cm

    2.      Pelaksanaan

    a.       Merakit rak media saringan
    b.      Merakit ember dan pipa-pipa penyaring 
    c.       Membersihkan material saringan dari kotoran dan lumpur dan memasukkannya kedalam ember saringan.
    d.      Memasukkan Pipa saringan yang telah dirakit sedemikian rupa kedalam sumur dan memasukkan pasir kedalam sumur pada ambang yang telah ditentukan
    e.       Menyambungkan seluruh komponen saringan
    f.       Mengalikan air dengan mengatur  volume aliranya kedalam saringan .
    g.      30 menit pertama air telah menujukkan perubahan,hingga 2 jam kemudian air telah berhasil dijernihkan.

    Dari hasil uji coba ini air telah berhasil dijernihkan ,tidak berbau dan tidak berasa sehingga hanya tinggal menunggu hasil Laboratorium  terhadap kandungan air hasil penyaringan ini.

    Teknologi sederhana ini telah dibuat secara permanen di  tiga  titik lokasi dengan sistim total pemberdayaan masyarakat karena masyarakat terlibat langsung dalam setiap sesi pelaksanaan konstruksinya. Teknologi  Saringan Pasir Lambat  (Slow Sand Filter) ini terbilang ramah lingkungan ,murah serta mudah dalam pelaksanaann dan pemeliharaannya. Dana yang digunakan untuk setiap unit (khusus materialnya) sebanyak Rp.1.850.000 (Satu juta Delapan Ratus Lima Puluh ribu Rupiah).

    Secara teori, kandungan Fe (Besi) dan Mangan (Mg) dapat dikurangi dengan pemberian aerasi. Untuk lebih meyakinkan, Kami akan memeriksakan kualitas air yang keluar dari saringan ini ke laboratorium.  

    Masyarakat yang telah dibangunkan SSF ini, sangat merasakan perbedaan kualitas airnya dengan menggunakan Saringan pasir lambat yang baru dibandingkan dengan kualitas air dari saringan yang mereka buat sendiri.

    Dari hasil perbincangan masyarakat yang telah dibangunkan SSF ini, mereka merasakan selain kualitas fisiknya lebih baik rasanya juga lebih segar. Mereka sekarang juga sudah tidak jauh-jauh lagi  mencuci pakaiannya yang berwarna putih, dimana sebelum Saringan ini dibangun mereka mencuci pakainnya di Desa tetangga yang airnya jernih.

    Untuk kasus-kasus krisis air bersih seperti Desa Cendana Putih ini kedepan Pemda Luwu Utara berencana akan mengadopsi teknologi sederhana ini.